Senin, 15 Desember 2014

Gadis

Malam belum terlalu larut untuk hari ini, masih kubiarkan tirai berayun di sudut jendela, ku hirup segar-segar udara yang mengalir melewati tralis jendela. Malam ini televisi masih setia menemaniku dalam kekosongan pikiran yang entah kemana akan mendarat dalam suatu bahasan yang terus memutar-mutar. Kali ini aku tak melihatnya entah kemana dia pergi.
Setelah lama tidak tinggal dirumah karena kebetulan aku  harus ngekos untuk urusan kuliah, akupun jarang menempati kamar yang bercat kuning ini. Kamar ini tidak kurindukan lagi semenjak aku nge-kos. Setelah urusan kuliah yang tidak begitu padat aku memilih menempati kamar bercat kuning ini, mulai aku rasakan nikmatnya berada di kamar ini, beberapa hiasan foto aku dan teman-teman serta tirai mutiara yang terlihat begitu manis di sudut kamar membuat aku mulai menikmati setiap detik demi detik di kamar  ini. Aku selalu senang membuka jendela, entahlah kenapa hal ini bisa membuat aku senang, mungkin karena aku dapat lebih leluasa melihat arah luar dan melihat langit yang selalu membentang indah.
Malam selalu menjadi daya tarik diluar kamar ini, kebiasaan tidur larut malam membuat aku mulai mengenalnya, dia biasa hadir di luar jendela, menyapa aku dengan lantunan nyanyiannya. Kadang aku miris ketika mendengarnya bernyanyi, terlihat pedih yang mendalam dalam setiap baitnya, jangan tanyakan aku apa yang ia nyanyikan, itu hanya sebuah lagu yang aku tak mengerti. Ketika dia mulai bernyanyi kurasakan kesakitannya yang terus melanda, bait demi baitnya ia alunkan begitu lama namun pasti. Entahlah aku kadang iba dengan nyanyiannya yang begitu menusuk, kadang ia meronta dalam nyanyianya dan kadang ia menyimpan tangis dalam baitnya.
Ketika dia mulai menyanyiakan sebuah lagu, yang aku pikirkan dia hanya ingin mengenalku, namun aku enggan berkenalan dengannya. Aku akan terus membangun tembok antara aku dengannya akan kubangun tembok yang kokoh agar dia tidak bisa memasuki wilayahku. Aku menjulukinya gadis karena ia selalu bersedih seperti ditingal sang kekasih. Ia seperti tersayat-sayat oleh orang yang telah meninggalkanya. Aku tidak tahu dari mana ia datang, namun akhir ini ia sering sekali bernyanyi di depan jendela kamarku.
Gadis selalu datang diawali dengan suara anak ayam, sehabis anak ayam bersuara ia baru akan bernyanyi dan seperti biasa suara nyanyiannya selalu menyakitkan untuk di dengar, tidak jelas apa yang dia nyanyikan, kadang dia mengerang kesakitan di tengah lagu, itu yang membuatku sebal ketika mendengar nyanyiannya. Tidak bisakah kau menyanyikan lagu riang? Agar akupun senang mendengarnya.
Kadang aku ingin tau mengenaimu gadis, mengapa kau selalu marah dan sedih. Namun itu bukan urusanku karena aku takut yang lain akan mengetahuinnya, gadis bernyanyi sajalah dan jangan menangis, karena itu menyiksaku membuat aku harus menyalakan televisi dan membuat volumenya naik keras-keras. Kadang rintihanmu membuat badanku ngilu, hingga kubiarkan televisi itu menyala dari malam hingga pagi.
Aku hanya bisa melantukan doa untukmu gadis, karea hanya itu yang kau perlukan, aku percaya bahwa TUHAN selalu akan mendengar doa-doa yang aku kirimkan untukmu dan janganlah bersedih lagi.