Malam belum terlalu
larut untuk hari ini, masih kubiarkan tirai berayun di sudut jendela, ku hirup
segar-segar udara yang mengalir melewati tralis jendela. Malam ini televisi masih
setia menemaniku dalam kekosongan pikiran yang entah kemana akan mendarat dalam
suatu bahasan yang terus memutar-mutar. Kali ini aku tak melihatnya entah kemana
dia pergi.
Setelah lama tidak
tinggal dirumah karena kebetulan aku harus ngekos untuk urusan kuliah, akupun
jarang menempati kamar yang bercat kuning ini. Kamar ini tidak kurindukan lagi
semenjak aku nge-kos. Setelah urusan kuliah yang tidak begitu padat aku memilih menempati
kamar bercat kuning ini, mulai aku rasakan nikmatnya berada di kamar ini,
beberapa hiasan foto aku dan teman-teman serta tirai mutiara yang terlihat begitu
manis di sudut kamar membuat aku mulai menikmati setiap detik demi detik di
kamar ini. Aku selalu senang membuka jendela, entahlah kenapa hal
ini bisa membuat aku senang, mungkin karena aku dapat lebih leluasa melihat
arah luar dan melihat langit yang selalu membentang indah.
Malam selalu menjadi
daya tarik diluar kamar ini, kebiasaan tidur larut malam membuat aku mulai
mengenalnya, dia biasa hadir di luar jendela, menyapa aku dengan lantunan
nyanyiannya. Kadang aku miris ketika mendengarnya bernyanyi, terlihat pedih
yang mendalam dalam setiap baitnya, jangan tanyakan aku apa yang ia nyanyikan,
itu hanya sebuah lagu yang aku tak mengerti. Ketika dia mulai bernyanyi
kurasakan kesakitannya yang terus melanda, bait demi baitnya ia alunkan begitu
lama namun pasti. Entahlah aku kadang iba dengan nyanyiannya yang begitu
menusuk, kadang ia meronta dalam nyanyianya dan kadang ia menyimpan
tangis dalam baitnya.
Ketika dia mulai
menyanyiakan sebuah lagu, yang aku pikirkan dia hanya ingin mengenalku, namun
aku enggan berkenalan dengannya. Aku akan terus membangun tembok antara aku
dengannya akan kubangun tembok yang kokoh agar dia tidak bisa memasuki
wilayahku. Aku menjulukinya gadis karena ia selalu bersedih seperti ditingal
sang kekasih. Ia seperti tersayat-sayat oleh orang yang telah meninggalkanya. Aku
tidak tahu dari mana ia datang, namun akhir ini ia sering sekali bernyanyi di
depan jendela kamarku.
Gadis selalu datang
diawali dengan suara anak ayam, sehabis anak ayam bersuara
ia baru akan bernyanyi dan seperti biasa suara nyanyiannya selalu menyakitkan
untuk di dengar, tidak jelas apa yang dia nyanyikan, kadang dia mengerang kesakitan di tengah lagu, itu yang membuatku sebal
ketika mendengar nyanyiannya. Tidak bisakah kau menyanyikan lagu riang? Agar akupun
senang mendengarnya.
Kadang aku ingin tau
mengenaimu gadis, mengapa kau selalu marah dan sedih. Namun itu bukan urusanku
karena aku takut yang lain akan mengetahuinnya, gadis bernyanyi sajalah dan
jangan menangis, karena itu menyiksaku membuat aku harus menyalakan televisi
dan membuat volumenya naik keras-keras. Kadang rintihanmu membuat badanku
ngilu, hingga kubiarkan televisi itu menyala dari malam hingga pagi.
Aku hanya bisa melantukan
doa untukmu gadis, karea hanya itu yang kau perlukan, aku percaya bahwa TUHAN
selalu akan mendengar doa-doa yang aku kirimkan untukmu dan janganlah bersedih
lagi.